Selain bisnis, cara yang banyak diminati masyarakat saat ini adalah berinvestasi. Pasalnya, berinvestasi merupakan kegiatan yang membutuhkan perhitungan yang akurat, bukan berdasarkan tindakan impulsif yang sederhana. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi adalah dengan menggunakan konsep Dollar cost averaging (DCA). Tentunya dengan menggunakan metode ini, Anda dapat memaksimalkan potensi keuntungan sekaligus meminimalkan risiko kerugian investasi.
Sebagai informasi, konsep DCA sendiri merupakan cara berinvestasi yang mudah dan dapat dipraktikkan oleh siapa saja, termasuk investor pemula. Tidak hanya itu, konsep ini juga bisa Anda terapkan pada berbagai jenis instrumen investasi, antara lain investasi emas, saham, reksa dana, dll. Jadi bagaimana cara kerja Dollar Cost Averaging (DCA)? Dan apa kelebihannya? Berikut kami akan memberikan penjelasan lengkapnya.
Apa itu Dollar Cost Averaging?
Menurut definisi, Dollar Cost Averaging atau DCA adalah strategi investasi rutin setiap periode (misalnya setiap bulan) untuk jumlah yang sama terlepas dari NAB / harga satuan (nilai aset bersih per saham) reksa dana.
Dollar Cost Averaging juga merupakan strategi yang tidak memerlukan kemampuan membaca naik turunnya pasar dalam implementasinya. Dalam praktiknya, Anda tidak akan mudah terombang-ambing oleh jual beli alat investasi saat harga sedang rendah atau meroket.
Inilah sebabnya mengapa metode ini sangat cocok untuk investor pemula. Saat Anda mempelajari lebih lanjut tentang investasi, Anda dapat menerapkan DCA sebagai strategi untuk mulai berinvestasi. Sebab, dengan menerapkan DCA, Anda hanya melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko kerugian.
Sederhananya, Anda memiliki 1 juta Rupiah untuk diinvestasikan. Alih-alih berinvestasi sekaligus, Anda bisa menginvestasikan Rp100.000 setiap bulan selama 10 bulan, meskipun nilai pasar berubah dari waktu ke waktu selama waktu tersebut. Misalnya, jika NAB / Unit Reksa Dana pilihan Anda adalah Rs 1.000 di bulan pertama, Anda akan membeli 100 lembar saham. Jadi, jika di bulan kedua NAB/unit turun menjadi Rp800, Anda akan membeli 125 holding unit, dan jika di bulan ketiga NAV/unit menjadi Rp1.250, Anda akan membeli 80 unit dan seterusnya. Pada akhirnya, Anda akan membeli lebih banyak saham reksa dana saat NAB/unit turun dan lebih sedikit saat NAV/unit naik. Akibatnya, Anda mungkin telah berinvestasi lebih hati-hati daripada berinvestasi sekaligus.
Banyak pelaku pasar keuangan telah mengadopsi strategi DCA dan mendapat manfaat darinya. Anda mungkin pernah mendengar tentang investor ekuitas terkenal Warren Buffet, yang mengklaim bahwa waktu favoritnya untuk memegang saham selalu atau jangka panjang.
CEO Berkshire Hathaway suka menargetkan saham dengan fundamental yang baik dan menguangkannya secara teratur, terlepas dari apakah harganya naik atau turun. Itu terdaftar sebagai “tabungan” saham Coca-Cola selama 32 tahun, American Express selama 27 tahun, dan Procter And Gambler (PnG) selama 15 tahun. Aset Anda juga berkembang tidak secara instan, tetapi tumbuh seiring waktu.
Lalu apa bedanya dengan lump sum? Seperti DCA, Lump Sum merupakan salah satu strategi investasi yang sering digunakan oleh investor. Namun, dalam praktiknya, keduanya bekerja sangat berbeda. Lump Sum merupakan strategi investasi yang dilakukan terlebih dahulu dengan cara menambah modal. Setelah modal telah dikumpulkan, investor akan menempatkan semuanya sekaligus dalam kendaraan investasi. Jadi biaya dolar rata-rata versus lump sum, mana yang terbaik untuk diterapkan? Pilihan ini tergantung pada modal. Jika Anda sudah memiliki modal besar pada awalnya, maka lump sum lebih cocok. Namun, jika Anda menabung sambil menabung, DCA mungkin bisa menjadi pilihan Anda.
Sedangkan dari sisi risiko, Lump Sum memiliki risiko yang lebih tinggi karena menginvestasikan dananya dalam jangka waktu tertentu. Sehingga ketika terjadi penurunan harga, Anda akan mengalami kerugian total. Berbeda dengan DCA, strategi ini kurang berisiko karena berinvestasi secara teratur selama periode yang berbeda. Oleh karena itu, Anda telah mendiversifikasi risiko investasi Anda untuk mengurangi kerugian.
Perhatikan bahwa jika Anda ingin menggunakan metode DCA, ada dua hal penting yang perlu diingat untuk mengoptimalkan metode DCA. Apa:
1. Biaya transaksi
Anda harus memperhatikan biaya transaksi yang dikenakan oleh aplikasi yang dipilih. Untuk mengurangi biaya transaksi, pilih aplikasi yang menawarkan biaya transaksi rendah.
2. Kenaikan harga instrumen
Anda mungkin juga menemukan bahwa harga instrumen yang dipilih terus naik. Jumlah bisnis yang dibeli mungkin sedikit, sehingga potensi penghasilannya tidak sebesar yang diharapkan.
Cara kerja Dollar Cost Averaging
Metode Dollar Cost Averaging (DCA) cukup mudah diterapkan. Awalnya, Anda harus memilih instrumen mana yang ingin Anda investasikan. Misalnya, saham, cryptocurrency, investasi reksa dana, dll.
Setelah memilih instrumen, tentukan modal investasi. Misalnya, jika Anda berencana untuk berinvestasi dengan modal Rp 12 juta, di Dollar Cost Averaging, Anda tidak memasukkan semua uang itu sekaligus. Sebagai gantinya, Anda mulai dengan Rp 1 juta per bulan selama 12 bulan.
Selanjutnya, selama penerapan strategi ini, kondisi pasar dapat menjadi tidak pasti, bullish atau bearish. Namun, dia masih bisa berjalan terlepas dari situasinya. Jika pasar dalam kondisi bearish, peluang profit Anda cukup besar ke depannya.
Secara umum, strategi DCA cocok untuk Anda yang tidak ingin ribet dan ingin lebih pasif dalam berinvestasi, namun tetap menghasilkan keuntungan kecil namun aman. Namun, sebelum memutuskan, Anda dapat bertanya pada diri sendiri:
- Berapa banyak uang yang ingin saya investasikan? Jika Anda memiliki banyak “uang dingin” (uang yang tidak digunakan untuk apa pun selain pengeluaran bulanan, dana darurat, dana asuransi, dan biaya lainnya), maka Anda mungkin lebih cocok untuk strategi lain. Tetapi jika “uang dingin” Anda sedikit rendah, strategi DCA mungkin cocok untuk Anda.
- Berapa kali Anda bisa menghemat uang? DCA hanya cocok jika Anda dapat menyisihkan uang tunai secara teratur.
- Apa alat investasi Anda? Diversifikasi portofolio itu penting. Bahkan saat menggunakan strategi DCA, Anda hanya dapat mengujinya untuk satu jenis instrumen investasi dan menggunakan strategi lain untuk instrumen investasi lainnya. Dengan cara ini, risiko Anda berkurang.
Menabung secara teratur adalah strategi terbaik bagi investor pemula. Semakin banyak waktu yang Anda investasikan, semakin banyak uang yang akan Anda hemat dengan kinerja yang lebih baik. Anda tidak perlu terburu-buru untuk menjadi kaya, karena investasi membutuhkan waktu untuk menunjukkan hasil, bahkan hingga 10-40 tahun. Keputusan investasi yang Anda buat hari ini akan berdampak besar jika dilakukan secara rutin dan konsisten.
Keuntungan dari Dollar Cost Averaging
Meskipun memiliki metode implementasi yang sederhana, metode investasi Dollar Cost Averaging memiliki banyak keunggulan, antara lain:
1. Mudah dilakukan untuk investor pemula
Pertama, cara kerja rata-rata biaya dolar mirip dengan aset tabungan, sehingga investor yang tidak berpengalaman dapat mengalokasikan jumlah dana yang sama dalam situasi apa pun. Hal ini dapat memudahkan investor yang belum berpengalaman yang seringkali cenderung ragu untuk berinvestasi atau baru memulai berinvestasi.
Pasalnya, dengan menggunakan teknik average dollar cost, saat pasar naik atau turun, DCA mampu mengurangi risikonya dari waktu ke waktu dengan mencoba memilih waktu terbaik untuk berinvestasi.
Misalnya, jika pasar jatuh di bulan ke-4, Anda hanya akan kehilangan sebagian dana Anda, tidak semuanya. Juga, saat Anda meningkatkan volume investasi Anda, harga rata-rata yang Anda miliki saat ini akan lebih rendah. Tidak apa-apa karena Anda memiliki harga rata-rata yang lebih baik. Setelah itu, secara signifikan dapat meningkatkan potensi pengembalian jangka panjang ketika pasar rebound atau pulih.
2. Pengurangan risiko investasi
Selanjutnya, investor yang tidak berpengalaman cenderung khawatir dan takut mengalokasikan dana investasi pada waktu yang tepat. Untuk satu hal, investor sering menebak waktu terbaik untuk berinvestasi juga. Strategi DCA ini adalah salah satu strategi yang efektif untuk memaksimalkan pengembalian atau pengembalian jangka panjang. Dalam hal ini, DCA mampu meminimalkan risiko perubahan nilai portofolio investasi sehingga nilai rata-rata yang diperoleh tidak terlalu rendah.
3. Hindari waktu yang buruk
Terkadang seorang investor takut kehilangan momen atau takut kehilangan, Fear of Missing Out (FOMO) untuk mengambil keputusan yang emosional. Selain rugi karena perubahan nilai portofolio investasi Anda, Anda juga bisa rugi secara psikologis karena terus menyesali keputusan yang telah Anda buat. Untuk itu, strategi investasi ini dapat menghindari ketakutan dan kecenderungan untuk memanfaatkan momen. Dengan begitu, Anda tidak akan terjebak oleh rasa takut kehilangan momen atau depresi saat berinvestasi.
4. Kurangi aspek emosional dalam berinvestasi
Terakhir, ketika menggunakan strategi DCA, bentuknya lebih rutin. Tidak masalah jika harga naik atau turun, Anda hanya perlu membeli. Dengan begitu, ketika orang berlomba-lomba menjual karena harganya murah, Anda tidak terbawa emosi dan bisa melihatnya sebagai peluang untuk mendapatkan lebih banyak saham dengan harga lebih murah.
Metode Dollar Cost Averaging membantu Anda untuk tidak terbawa oleh pergerakan pasar, memungkinkan Anda untuk berinvestasi pada waktu yang tepat dan membelanjakan uang secara teratur.
Kerugian dari Dollar Cost Averaging
Berinvestasi dengan metode Dollar Cost Averaging atau DCA menawarkan keuntungan yang cocok untuk investor pemula. Namun, konsep investasi ini juga memiliki kekurangan, seperti:
1. Nilai pasar cenderung naik
Dibandingkan dengan strategi lain, Dollar Cost Averaging menawarkan pengembalian yang relatif lebih rendah kepada investor. Apalagi jika kondisi pasar cenderung naik.
Ketika Anda terus meningkatkan volume investasi seiring dengan kenaikan harga, harga rata-rata yang Anda dapatkan akan lebih tinggi. Ini akan mengurangi potensi pengembalian yang seharusnya Anda dapatkan.
Akibatnya, dalam jangka panjang tingkat keuntungan akan lebih rendah daripada lump sum yang memiliki keuntungan lebih tinggi. Ketika pasar terus naik dan naik, dengan menggunakan teknik dolar cost averaging, Anda mungkin menyesal tidak memaksimalkan investasi Anda di awal.
2. Termasuk strategi pasif
Strategi ini membuat Anda menjadi investor pasif. Selain itu, tidak merespon situasi dan kondisi pasar yang terus berubah, misalnya dalam hal akuisisi, krisis ekonomi, atau peristiwa lain yang dapat mempengaruhi harga.
Oleh karena itu, strategi DCA ini sebenarnya lebih cocok untuk investor yang tidak ingin jalan berbelit-belit. Jika Anda tergolong investor pasif, namun tetap ingin mendapatkan keuntungan yang pasti meski jumlahnya tidak berlebihan, maka rata-rata dollar cost adalah strategi yang tepat.
Selain itu, terdapat juga kekurangan dari DCA, yaitu biaya investasi yang harus dibayar secara berkala. Misalnya, ketika Anda menggunakan reksa dana untuk saham, Anda akan dikenakan biaya dalam jumlah tertentu untuk setiap pembelian. Dan jika Anda sering membeli saham, biaya investasi yang dikeluarkan pun semakin tinggi. Walaupun sebenarnya fee untuk transaksi saham itu kecil, tapi kalau ditambah-tambah sepertinya juga besar.
Contoh Dollar Cost Averaging
Mungkin lebih jelas jika kita melihat contoh kasus dollar cost average atau DCA sebagai berikut:
Misalnya, Anda ingin berinvestasi emas senilai Rp10 juta, tetapi tidak yakin kapan waktu yang tepat untuk membelinya. Dengan metode Dollar Cost Averaging atau DCA, Anda membeli emas senilai Rp 2,5 juta setiap bulannya dari bulan April hingga Juli. Seperti yang kita lihat, harga emas berfluktuasi. Di sini, rata-rata empat bulan biaya pembelian emas per gram adalah Rp 835.236/gram. Dengan cara ini, Anda biasanya membeli emas setiap bulan tanpa khawatir harga emas naik atau turun.
Atau, misalnya, Anda ingin membeli saham X. Namun, Anda tidak ingin memasukkan semua uang Anda sekaligus, atau Anda tidak punya banyak uang. Anda dapat berkomitmen pada strategi DCA dengan menginvestasikan Rp 200.000 per bulan selama 5 bulan. Sebagai contoh, berikut adalah perhitungannya:
Bulan 1: Harga saham awal adalah Rp 1.000, Anda membeli 2 lot.
Bulan 2: Nilai harga saham meningkat Rs 2000, Anda membeli 1 lot.
Bulan 3: Nilai harga saham turun Rs 500, Anda membeli 4 lot.
Bulan 4: Nilai harga saham naik Rp 650, beli 3 lot.
Bulan 5: Harga saham akhir adalah Rp 1.000, Anda membeli 2 lot.
Di akhir bulan kelima, Anda menerima 12 lot dengan harga Rp 1 juta. Jika Anda langsung berinvestasi Rp 1 juta seperti biasa di bulan pertama, Anda hanya bisa mendapatkan 10 lot. Dengan cara ini Anda juga dapat menghasilkan 2 batch keuntungan dengan strategi DCA, bukan?
Risiko minimal yang ditawarkan oleh metode Dollar Cost Averaging atau DCA sedikit banyak dapat membantu Anda menjaga kestabilan emosi saat berinvestasi. Anda tidak perlu terlalu khawatir untuk terus-menerus meninjau portofolio Anda karena modal besar yang ada di dalam instrumen.
Dollar Cost Averaging juga dapat melatih disiplin diri sebagai investor individu. Berkomitmen untuk berinvestasi secara teratur dengan tujuan mencapai pengembalian yang lebih tinggi di masa depan, mau tidak mau Anda harus tetap berpegang pada anggaran Anda untuk terlibat dalam kebiasaan investasi rutin.
Dengan membiasakan berinvestasi secara rutin dengan menganalisa pasar saham terlebih dahulu, Anda juga melatih diri Anda untuk tidak terjebak dalam keinginan membeli emiten tertentu saat terjadi pemulihan. Juga tidak mudah terpengaruh oleh perasaan positif terhadap perusahaan yang kinerja dan prospeknya masih belum tergali.
Qoala.app