Seperti yang Anda ketahui, Bitcoin adalah cryptocurrency paling populer hingga saat ini. Namun yang mungkin belum banyak orang ketahui adalah bahwa Bitcoin merupakan salah satu instrumen keuangan dengan pergerakan harga yang paling ekstrim. Pada dasarnya, harga Bitcoin dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk sentimen capitalist, penawaran dan permintaan pasar, berita essential, efek regulasi, dll. Hal ini jelas sangat wajar, karena Bitcoin merupakan aset baru di dunia keuangan, sehingga pasang surutnya masih sangat rentan.
Fakta uniknya adalah sejak Sathosi Nakamoto pertama kali meluncurkannya pada tahun 2009, harga Bitcoin telah menunjukkan pertumbuhan yang sangat fantastis. Pada saat penulisan, Bitcoin diperdagangkan sekitar $ 47.000 per BTC.
Bagi para trader atau capitalist, gerakan ekstrim ini tentu sangat menguntungkan bila digunakan dengan benar. Di sisi lain, itu juga bisa menjadi bencana.
Pada dasarnya, hampir semua pergerakan aset sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar, termasuk Bitcoin. Dalam hal ini, sentimen bitcoin biasanya muncul karena pemberitaan media tentang cryptocurrency ini. Ketika ada banyak media yang memberitakan hal-hal positif tentang Bitcoin, biasanya hal itu menimbulkan sentimen positif, yang mendorong naiknya harga Bitcoin. Di sisi existed, berita negatif akan menimbulkan sentimen buruk dan mempengaruhi penurunan harga Bitcoin.
Misalnya, ada sentimen positif setelah beberapa media besar melaporkan bahwa perusahaan Elon Musk membeli Bitcoin senilai $ 1,5 miliar atau 21 triliun rupee pada Februari 2021. Selain itu, Elon Musk juga mengumumkan bahwa perusahaannya akan menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran untuk pembelian produk Tesla. Akibatnya, harga Bitcoin melonjak 12% dalam waktu singkat.
Namun, pada Mei 2021, banyak media melaporkan bahwa Tesla tidak lagi menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran di perusahaannya. Ini memicu perasaan negatif yang mendorong harga Bitcoin turun dalam waktu singkat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa salah satu cara terbaik untuk meminimalkan risiko volatilitas Bitcoin adalah dengan mengikuti berita cryptocurrency. Sangat disarankan bagi pemula untuk mempelajari istilah-istilah unik dalam dunia perdagangan mata uang kripto sehingga mereka dapat lebih mudah mengidentifikasi berita mana yang layak mendapat perhatian dan mana yang tidak.
2. Penggunaan indikator teknis
Perdagangan Bitcoin dikenal sangat menguntungkan. Nilainya yang fantastis membuat banyak investor ingin memilikinya. Namun, volatilitas Bitcoin yang tinggi membuat banyak investor dan investor enggan memasuki aset ini. Namun, ada metode alternatif untuk memprediksi risiko volatilitas Bitcoin, salah satunya adalah penggunaan indikator teknis.
Pada dasarnya, indikator Bitcoin sama seperti di forex dan perdagangan saham. Fungsi utamanya sama, yaitu untuk menganalisa pergerakan harga, mengukur volatilitas dan mengidentifikasi level-level penting yang bisa menjadi target access atau leave. Indikator teknikal yang biasa digunakan oleh trader adalah relocating average, MACD, RSI, Ichimoku Kinko Hyo Cloud, dll.
Tapi ingat, indikator teknikal hanyalah alat atau tools untuk menganalisa pasar. Jadi tidak disarankan investor mengandalkan indikator teknikal sebagai acuan untuk masuk dan keluar. Fokus pada strategi jangka panjang (long-term)
Salah satu cara paling efektif untuk meminimalkan risiko volatilitas Bitcoin adalah dengan fokus pada pengembangan strategi perdagangan jangka panjang.
Padahal jika kita amati, pergerakan harga Bitcoin akan jauh lebih ekstrim ketika kita menggunakan time frame yang pendek dan trend yang tercipta dari brief time frame tersebut merupakan pattern sementara. Di sisi existed, periode waktu jangka panjang mungkin menunjukkan tren harga yang lebih nyata.
Selain itu, pendukung strategi jangka panjang akan menghadapi kemungkinan penurunan besar yang mengambang. Jadi dalam hal ini dibutuhkan banyak modal untuk menjaga posisi tetap terbuka hingga trend kembali ke skenario yang diinginkan.
” Saat memasuki posisi long, investor harus siap dengan risiko harga jatuh ke all-time low. Sebaliknya, pada posisi short, trader harus siap dengan risiko harga naik sepanjang waktu.
Musuh utama kebanyakan investor adalah faktor psikologis. Saat berdagang, banyak pedagang terbawa emosi dan menyerah pada ego mereka saat berdagang. Bahkan, dilarang keras mengalah pada vanity yang berlebihan saat trading karena hal itu mendorong investor untuk trading di luar trading plan.
Seorang investor profesional, Richard Dennis, pernah mengklaim bahwa musuh utama seorang trader bukanlah perubahan harga yang ekstrim atau strategi trading yang buruk, tetapi kesulitan melawan vanity. Menurutnya, ego yang tidak terkendali melahirkan keserakahan, terlalu percaya diri, gejala FOMO dan bahkan ketidaksabaran. Ciri-ciri ini biasanya membawa pedagang ke ambang kebangkrutan.
Pasar Bitcoin adalah tempat yang kejam bagi siapa saja yang tidak mengikuti kondisi pasar. Gerakannya yang ekstrim dapat menyebabkan kegagalan dalam waktu singkat. Trader yang masih ego driven pasti tidak direkomendasikan untuk trading Bitcoin. Alih-alih mencari untung, justru kerugian yang akan menghampirinya.
Dapat disimpulkan bahwa meminimalkan risiko volatilitas Bitcoin sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa saja jika investor sudah memiliki psikologi trading yang baik. Bagi investor yang masih terbawa emosi saat trading, disarankan untuk mengembangkan psikologi trading terlebih dahulu agar bisa menekan vanity. Anda dapat melakukan ini dengan membuat rencana perdagangan yang jelas, membuat jurnal perdagangan dan bermeditasi untuk melatih disiplin diri.
Oleh karena itu, dihadapkan dengan pasar Bitcoin yang bergejolak, para pedagang tidak lagi mudah panik, melainkan berusaha menganalisis lebih dalam untuk mendapatkan sinyal masuk yang menguntungkan.
5. Diversifikasi aset
Salah satu cara terakhir untuk meminimalkan risiko volatilitas Bitcoin adalah dengan mendiversifikasi aset Anda. Mungkin para pedagang pernah mendengar pepatah “do not place your egg in one basket”. Telur dibandingkan dengan uang dan keranjang adalah tempat modal ditempatkan.
Demikian juga, dalam perdagangan Bitcoin, alangkah baiknya jika modal yang ada secara bijak dibagi menjadi beberapa aset. Investor dapat mengalokasikan modal ke aset lain sebagai kompensasi, seperti: emas, reksa dana, saham, obligasi, dll. Jadi ketika pasar Bitcoin ambruk atau ambruk tajam, setidaknya ada alat lain yang bisa mengurangi risiko kerugian.
Persentase diversifikasi aset sebenarnya sangat fleksibel karena lebih sesuai dengan toleransi dan profil risiko individu.
Misalnya, jika Anda memiliki profil risiko konservatif, Anda dapat lebih fokus pada aset dengan imbal hasil stabil seperti emas, obligasi, deposito, dll.; sisanya dimasukkan ke dalam Bitcoin dengan perbandingan 70:30 persen. Dalam hal profil risiko sedang, dapat diseimbangkan pada 50:50 persen. Berlawanan dengan profil risiko agresif, lebih banyak modal yang diinvestasikan dalam Bitcoin daripada aset stabil, dengan rasio 30:70.
Masih kesulitan menghasilkan keuntungan saat berdagang Bitcoin? Selain faktor volatilitas, salah satu alasannya adalah pemilihan indikator trading yang salah. Sebagai pointer, lihat referensi pemimpin kripto untuk indikator Bitcoin terbaik.
.
.
.
.
Cointelegraph.com.
Namun yang mungkin belum banyak orang ketahui adalah bahwa Bitcoin merupakan salah satu instrumen keuangan dengan pergerakan harga yang paling ekstrim. Ketika ada banyak media yang memberitakan hal-hal positif tentang Bitcoin, biasanya hal itu menimbulkan sentimen positif, yang mendorong naiknya harga Bitcoin. Padahal jika kita amati, pergerakan harga Bitcoin akan jauh lebih ekstrim ketika kita menggunakan time framework yang pendek dan pattern yang tercipta dari short time structure tersebut merupakan trend sementara. Pasar Bitcoin adalah tempat yang kejam bagi siapa saja yang tidak mengikuti kondisi pasar. Trader yang masih vanity driven pasti tidak direkomendasikan untuk trading Bitcoin.